Jumat, 28 November 2014

Destiny? I Don't Know!

selembar tiket bus malam tertera nominal sekitar 240rb-an menjadi saksi bisu awal perjalanan ini untuk beberapa tahun kedepan. selembar kertas yang akan menentukan nasibku 'disana' ditengah-tengah kota metropolitan yang menyesakkan itu. kutatap wajah setiap orang yang ada dirumah yang sudah pasti akan kurindukan wajahnya ketika sudah sampai 'disana'. kurasa ada yang salah dengan perasaan ini, maksudku aku belum siap belum ikhlas sepenuhnya pergi dari rumah mungil rumah kayu yang sudah menjadi tempat ternyaman didunia ini. ah, aku masih belum sanggup berpisah dengan anak-anak itu, orang-orang itu, makam itu. sejujurnya, aku masih bimbang, bukan karena aku akan merantau yang sejatinya sudah kulakukan sejak kelas 1 SMK tapi aku bimbang karena harus meninggalkan ibuk yang notabene sudah single-parent itu sendirian dirumah banting tulang membiayaiku kelak ketika aku sudah sampai 'disana' dan juga aku masih bimbang karena aku belum siap untuk berpisah dengan adikku yang paling bungsu yang berbulan-bulan belakangan tak sanggup ber-ldr-an denganku. yang ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin sekali cahaya putih yang merengsek masuk kedalam otak, hati, dan mataku dan memberiku pencerahan dan petunjuk saat itu "aku harus bagaimana"?

sejatinya, aku berpikir bahwa aku sudah salah memilih jurusan. tapi bukankah ilmu itu yang harusnya kita cari, kita kembangkan, dan kita pelajari seluas-luasnya? aku sempat takut sekali dengan keputusanku memilih jurusan itu yang tidak ada sangkut-pautnya dengan jurusanku ketika di sekolah kejuruan. aku putus asa, tidak, aku hampir menyerah dengan tiket itu. yang ada dalam pikiranku selama rentang waktu sampai pada saat tiket itu berpindah tangan itu adalah "berangkat nggak berangkat nggak berangkat nggak berangkat nggak" ah, aku bisa gila! kalau menuruti passion-ku, aku tidak salah mengambil jurusan, jika menuruti apa yang selama tiga tahun aku pelajari, aku telah salah mengambil jurusan. hingga pada akhirnya, aku bertanya pada ibukku bagaimana pendapatnya tentang jurusan yang kupilih itu, jurusan yang notabene masih jarang peminat masih sangat sedikit kampus yang menyediakannya. apa yang dikatakan ibuk? lakukan sesuai kata hatimu, lakukan apa yang kamu senangi. jangan merasa menyesal telah menyia-nyiakan waktu tiga tahun hanya karena pada akhirnya banting setir dengan jurusan yang lain. lakukanlah nak! "nak" DEG air mataku mengalir deras.

kukepak semua benda-benda yang aku butuhkan kedalam tas kumuh itu tas yang sejatinya minta adek, tapi aku kelewat sayang untuk mencarikan adek. adikku yang pertama dengan senang hati tanpa dimintai bantuan bersedia mengulurkan tangannya untuk membantuku mengepak semua barang-barang itu. baju, sepatu, kaos kaki, laptop, charger, jam tangan, dan semua benda yang akan dikepak sudah siap, tapi aku nya yang belum siap. Ya Tuhan, ada apa ini? kukuatkan hatiku untuk berpamitan dengan bulek, budhe, pakdhe, mbah kakung, mbah putri, adik-adikku, dan yang terakhir ibukku. kutahan sekuatnya air mata ini agar tak jatuh saat memeluk tubuh yang semakin tua karena digerogoti umur itu. bagaimana jika aku kangen sekali saat 'disana'? bagaimana jika aku kangen maksimal dengan suaranya? ingin kubisikkan kata-kata ini ditelinganya saat aku memeluknya "aku masih ingin disini buk, aku masih ingin nemenin ibuk disini, aku masih pengen bantuin ibuk disini, aku nggak pengen jauh dari ibuk" ah, hati ini, keras sekali! dasar manja!

kusempatkan diriku mengunjungi makam orang yang sangat aku rindukan kehadirannya dihidupku : Ayah! ketika sampai dipusaranya, aku menangis, aku terdiam cukup lama. ayah, doakan anakmu ini, restui anakmu ini, anak  yang akan membanggakanmu walau sampai sekarang masih jadi harapan. ayah, maaf untuk sementara waktu aku akan absen mengunjungi pusaramu kecuali jika aku sudah pulang nanti. aku akan berjanji sepenuh hati, berusaha dengan sangat keras dengan 'banting setir' yang sudah aku pilih itu. aku akan selalu merindukanmu seperti aku rindu dengan ibuk dan adik-adiku.

hingga akhirnya, motor bernopol N 3340 IO yang kukendarai dengan membonceng adik pertama dan adik yang paling bungsu itu sudah mematahkan kemanjaan itu. kulajukan motorku dengan kecepatan yang lebih cepat dari biasanya karena waktu yang tertera pada tiket sudah semakin mepet. dalam diamku mengendarai motor, aku tumpahkan semua yang kutahan semenjak tiket itu dalam genggaman. masih terbayang bagaimana wajah-wajah orang yang aku pamiti, yang nantinya akan sangat aku rindukan. kuparkirkan motorku tepat di depan agen tiket travel tempat aku membeli tiket ini. kulihat sudah banyak orang yang nantinya akan menjelajah jalanan malang-metropolitan bersama-sama denganku. wajah-wajah penuh harap itu, wajah-wajah yang menginginkan perubahan hidup itu, aku melihatnya semua. panggilan adikku kepadaku berhasil melumpuhkan pikiranku yang sejak tadi memperhatikan wajah orang-orang yang nantinya akan 'menemaniku' menjelajahi perjalanan itu. "mbak, udah nggak ada yang ketinggalan a?" "nggak ada kok" "beneran?" "iya bener" kalau aku boleh jujur, walaupun ragaku membawaku naik bus yang akan memisahkan denganmu, tapi hatiku masih disini, aku masih ingin disini. kutukarkan tiket sementara itu dengan tiket asli, sejujurnya aku hampir telat dan masih kagok karena ini adalah pertamakalinya aku bepergian sangat jauh lintas provinsi dengan menaiki bus. "aku naik dulu ya" kata-kata yang keluar dari mulutku sekaligus kata terakhir yang terucap ketika bus itu datang.

kupaksakan kakiku dengan setengah hati menapaki setiap tangga di pintu bus, kupaksakan senyumku dan kulambaikan tanganku dengan berat hati sebagai tanda perpisahan dengan kedua adikku tersebut. berat rasanya Ya Allah. aku duduk diatas tasku sendiri yang sengaja kujadikan alas duduk karena bangku-bangku dalam bus tersebut sudah penuh sesak dengan orang-orang. aku sempat bingung kenapa aku tidak dapat tempat duduk. sampai pada terminal arjosari, aku turun dari bus dan berganti dengan bus asli yang akan membawaku ke kota metropolitan kota yang akan menjadi rumah kedua selain malang tentunya. bus itu, lama-lama meninggalkan kota kelahiranku dan siap menjelajah. tanpa kusadari sebelumnya, ternyata aku se-bus dengan temanku SMK. walaupun dulunya nggak pernah sekelas dan asal kenal aja, tapi untunglah masih ada teman, setidaknya. tapi ternyata? KRIK.KRIK.KRIK nggak ada percakapan sama sekali karena ada orang special yang duduk disampingnya! ASEM! yaudahlah, akhirnya aku terpaksa menyaksikan pemandangan kanan-kiriku dengan mata terutup :)

gedung-gedung pencakar langit itu mulai terlihat. aku sadar, inilah kota metropolitan, rumah keduaku menyelesaikan studi perguruan tinggiku. bus itu sudah terpakir di terminal lebak bulus dan kuperhatikan sekitarku dengan tatapan seperti anak ilang karena nggak tahu apa-apa, nihil! kuberanikan diri naik taksi walaupun aku tahu harganya sangat-sangat menguras dompet *fuuuh* kubuka pintu taksi dan kubilang pada sopir taksi tujuanku. iya, jauh-jauh hari sebelumnya, kuhubungi teman-teman SMK-ku yang sudah ada 'disana' untuk kumintai bantuan, agar aku diperbolehkan menginap di kost-an nya untuk dua hari sebelum aku menemukan kost baru. selama dua hari numpang di kost-an teman, aku diajak jalan-jalan ke salah satu mall, dan sebenarnya karena uang yang seharusnya bisa kugunakan belanja disana kugunakan untuk ongkos taksi, tak bisa banyak barang yang kuharapkan kecuali kaos kaki yang harganya 10rb/3 pasang. cukup murah  :) aku sadar aku telah banyak merepotkan teman yang dulu pernah sebangku pas kelas 11 itu. tapi saking kelewat baiknya, dia cuma bilang "nggakpapa kok, biasa aja". setelah dibantuin nyari kost dengan bantuan kakak-kakak alumni-alumni SMK, aku ditemani temanku menuju ke kost baruku, kost yang akan menjadi saksi bisu perjalananku selama mengarungi studiku. kubuka pintu kost, ah tidak ada yang spesial, kipas angin, lemari kecil dan kasur yang besar, seperti fasilitas kost pada umumnya. kujelajahi seluruh area kamar dan aku terduduk di sudut kamar ketika mereka yang mengantarkanku sampai kost telah pulang. aku bingung, aku sendiri ditengah kota metropolitan yang tak pernah tidur ini. kupikirkan matang-matang sekali lagi keputusanku. dan aku mantap menjawab "aku lakukan! InsyaAllah aku bisa. aku tidak tahu ini takdirku, tapi aku percaya ini yang digariskan sang pencipta untukku"

student center dalam UB :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar